Oct 30, 2013

Happiness Drivers - What makes you happy?

Hello! Jadi tetiba saya ingin nulis blog nggak ada angin nggak ada hujan (nanti sore biasanya baru ada). Tapi lagi nggak pingin nulis yang berat-berat jadi saya mau tulis tentang random thoughts of mine aja. First of all, mohon maaf ya kalo tulisannya kurang oke, maklum nubi. Tapi saya sangat pingin belajar nulis. 

Oke, jadi belakangan ini saya sedang tertarik dengan Social Science. In short, ini merupakan ilmu yang mempelajari implikasi sosial dari suatu hal. "Hal" disini bisa jadi suatu fenomena atau benda. Misalnya "Social Science of the Internet", artinya adalah sains yang mempelajari dampak sosial dari penggunaan internet di masa kini; atau "Social Science of K-Pop" (mungkin) berarti sains yang mempelajari dampak sosial dari merebaknya fenomena K-Pop saat ini. Social Science merupakan ilmu multidisiplin yang melibatkan disiplin ilmu sosial, hukum, psikologi, sosiologi, teknologi, dan disiplin ilmu lainnya. Buat saya ini sangat menarik karena kita bisa mempelajari suatu hal dari beragam perspektif. Although it looks generalist, tapi biasanya hasil penelitiannya akan condong ke satu atau dua disiplin ilmu saja, tentunya dengan support data dari disiplin ilmu lainnya. Ini akan mendorong kita untuk terus mencari "Why" di setiap hal sampai akhirnya semua hal terlihat terhubung. Let's connecting the dots. 

Nah gara-gara itu saya iseng coret-coret konsep yang namanya "Happiness Drivers". Apakah itu? Jadi konsep dasarnya mirip seperti Business Drivers yang populer di ranah bisnis, yaitu untuk mengetahui elemen-elemen kunci yang berdampak besar pada bisnis sebuah perusahaan. Kalau Business Drivers dirancang untuk menggali sebab musabab di balik kesuksesan atau kegagalan sebuah bisnis, Happiness Drivers diharapkan bisa menggali sebab musabab di balik kebahagiaan atau ketidakbahagiaan seseorang. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh?



Ilustrasi di atas saya coba buat untuk menerangkan konsep Happiness Drivers ini. Oya saya mau state kalo ini bukan karya ilmiah, jadi landasan teori-nya pun memang belum kokoh. Anggap saja ini seperti sebuah hipotesis untuk calon penelitian yang entah kapan akan direalisasikan (even though i'm really curious about this). Referensi-referensi saya dapatkan dari mbah Google plus refleksi dari pengalaman pribadi dan rekan-rekan di sekitar saya.

Jadi yang saya lakukan pertama adalah membagi faktor-faktor yang berhasil ditemukan menjadi 2 cluster besar yang akhirnya saya beri nama "Given" dan "Gained".

1. Given
Faktor yang sifatnya sudah diberikan dari sejak kita dilahirkan masuk ke dalam cluster ini, yaitu Physical (keadaan fisik), Intellectual (tingkat kecerdasan), dan Passion (keinginan yang ingin dilakukan). Setiap orang pasti memiliki ketiga hal ini dari lahir dengan kondisi yang berbeda-beda. Ada orang yang puas dan bahagia dengan kondisi fisik, tingkat intelektual, dan visi hidupnya; namun di satu sisi ada juga orang yang menjadi tidak bahagia karena salah satunya - contoh : tidak puas dengan kondisi fisiknya yang kurang menarik atau merasa belum dapat memberikan kontribusi kepada lingkungan sekitarnya dengan kondisi fisik dan akal yang sempurna.

2. Gained
Kebalikan dari cluster sebelumnya, Gained merupakan cluster bagi faktor kebahagiaan yang tidak diberikan sejak lahir, melainkan diusahakan selama kehidupan seseorang. Contoh faktor ini adalah Peers, Prosperity, dan Power. Ada orang yang banyak hartanya (prosperity) dan memiliki kekuasaan yang besar namun merasa kesepian karena keluarganya tidak harmonis. Namun ada juga orang yang meskipun telah memiliki banyak harta dan teman, namun ia tetap iri terhadap rekannya yang di dunia politik yang memiliki kekuasaan besar. True story.


Memang yang terbaik untuk menjadi bahagia adalah menjaga seluruh faktor ini seimbang dengan banyak bersyukur. Bagaimana menurut kamu? Feel free to shout ur feedbacks :-)

2 comments:

Unknown said...

Topik ini sanagat menarik loh., soalnya bahagia itukan sangat subjektif .BPS tahun 2013 mengadakan penelitian tentang Indeks kebahagiaan orang Indonesia, walaupun indikator nya masih dikritik cendrung mengukur kebahagian material alias pendekatannya secara ekonomi tapi menurutku ini suatu terobosan yang cukup berani karena mulai bisa menscientifikasi hal-hal yang cukup subjektif.
Indikator yang digunakan BPS dalam survey ini adalah indikator objektif dan subjektif terkait 10 domain kehidupan esesnsial, yaitu: pertama, kesehatan; kedua, pendidikan; ketiga, pekerjaan; keempat, pendapatan rumah tangga; kelima, kondisi lingkungan; keenam, kondisi keamanan; ketujuh, hubungan sosial; kedelapan, keharmonisan keluarga; kesembilan, ketersediaan waktu luang; dan kesepuluh, kondisi rumah dan aset. Nah variable pembandingnya dipisahkan dalam Desa vs Kota, pendidikan tinggi vs rendah, status pernikahan, usia,pendapatan dan jumlah anggota keluarga. Masukan dari beberapa ahli untuk perbaikan indikator kedepannya akan dicoba memasukan variable spriritualitas... Kalau menurut aku satu lagi siy variable pembanding yang diperlukan untuk pembanding adalah jenis kelamin Pengen tahu aja khususnya di indonesia mana siy yang lebih berbahagia menjadi laki-laki atau perempuan ...hihi

Adiska Fardani said...

Wah ternyata BPS udah survey ya mbak vita? Kalo yang aku tahu baru tentang World's Happiest Index seperti di http://www.forbes.com/sites/christopherhelman/2013/10/29/the-worlds-happiest-and-saddest-countries-2013/ tapi itu sangat makro sih ya, jadi mau dari gender, usia, dan kota manapun di rata-rata dalam 1 negara. Padahal menarik juga buat tau lebih detail per grup demografi. Coba ah kapan2 bikin riset kecil2an huehehe aku cari dulu artikel penelitian BPS-nya. Thanks infonya mbak vita :D